All physical existence is a concrete corresponding manifestation of the thought which gave it birth.
-Thomas Troward
Benar, anda tidak salah membaca judul artikel ini. Mungkin anda akan berkata, ”Apa lagi yang akan Pak Adi jelaskan dalam artikel ini?” Saya bisa menyadari hal ini. Dua artikel saya sebelumnya yaitu “Why Affirmations Fail?” dan ”Bahaya ’Berpikir’ Positif” mendapat tanggapan yang sangat beragam.
Saya mendapat banyak email. Ada yang setuju dengan tulisan saya. Ada yang bahkan menentang pendapat saya. Bahkan seorang kawan baik saya, seorang leader di industri MLM, berkata bahwa apa yang saya ajarkan kebanyakan melawan arus karena sangat berbeda dengan yang ia baca dan pelajari selama ini.
Hmm, sesuatu yang tampaknya melawan arus bukan berarti salah, kan ? Ingat kasusnya Galileo? Galileo adalah orang yang berani berkata bahwa matahari adalah pusat tata surya padahal main-stream saat itu menyatakan bahwa bumi sebagai pusat tata surya. Ia bahkan sampai dihukum mati, dengan dibakar hidup-hidup, karena dianggap sesat dan tidak mau menarik pernyataannya.
Kali ini saya ingin berbagi pengalaman saat saya membantu kawan dalam meningkatkan kondisi finansial mereka.
Seorang kawan, sebut saja Pak Herman, datang ke tempat saya dan menceritakan kesulitannya. Ia adalah seorang eksportir besar yang pernah sangat berhasil. Namun saat krisis moneter tahun 1997 dan 1998 ia mengalami kerugian besar. Pengalaman pahit ini sangat mengguncang kondisi dan cash flow perusahaannya. Setelah itu ia sangat sulit kembali pulih seperti sebelum krismon.
Setelah saya bantu, dengan melakukan terapi dan teknik pemrograman ulang pikiran bawah sadar, hanya dalam waktu singkat terjadi perubahan besar. Saya sudah mengingatkan bahwa ia akan mengalami banyak ”kebetulan” yang aneh.
Kebetulan pertama adalah saat ia mendapat tawaran, mencari suatu produk, dari seorang buyer di Sydney. Buyer ini mempunyai 800 outlet di Australia. Pak Herman telah berusaha mencari ke semua supplier atau pabrik yang ia kenal namun tidak ada satupun yang mempunyai produk yang ia cari. Setelah tidak bisa mendapatkan produk ini dengan upaya sadar Pak Herman lalu menggunakan ”Attractor Factor”nya, yang telah diaktifkan saat sesi terapi dan programming pikiran, untuk mencari produk itu. Apa yang terjadi setelah itu?
Selang beberapa hari ia mendapat kunjungan dari empat orang kawan lamanya dari Jakarta. Kawannya ini ternyata meminta Pak Herman memasarkan produk mereka, yang menurut mereka agak sulit dipasarkan. Ternyata produk yang ditawarkan kawan Pak Herman ini persis sama dengan produk yang diminta oleh buyer dari Sydney.
Kebetulan kedua, dan masih banyak lagi, dialami Pak Herman saat ia sedang memikirkan seorang buyer-nya di luar negeri. Sudah cukup lama buyer ini tidak memesan barang dari Pak Herman. Saat Pak Herman sedang berpikir apakah sebaiknya ia menghubungi buyer ini, eh.... tiba-tiba pesanan dari buyer ini masuk. Dan jumlahnya juga nggak sedikit, satu kontiner 40 feet.
Anda mungkin akan berkata, ”Ah, itu kan kebetulan. Dan juga kasusnya hanya pada satu orang saja.”
Untuk menjawab keraguan anda saya akan menceritakan kisah kawan saya yang lain. Kawan saya ini adalah seorang pembicara publik terkenal. Ia ingin memecah rekornya sendiri dalam hal speaking fee. Kali ini ia ingin mendapatkan suatu jumlah yang sangat besar, yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Lalu, apa yang ia lakukan?
Ia lalu mengaktifkan ”Attractor Factor”nya dan mengirim getaran pikirannya. Selang dua hari kemudian ia mendapat telpon dari kawannya dari kota lain. Kawannya ini sudah tiga tahun tidak pernah kontak dengannya. Singkat cerita, kawannya lalu membantunya memasarkan program pelatihannya. Hanya dalam waktu satu minggu setelah ia mengirimkan getaran pikirannya ia mendapat deal dengan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Dan bagaimana dengan speaking fee-nya? Jumlahnya persis sama dengan yang ia inginkan. Dan benar, ia berhasil memecahkan rekornya sendiri.
Para pembaca yang budiman. Ada sangat banyak contoh ”kebetulan” yang sulit diterima nalar. Namun kalau kita mengacu pada hukum alam maka kita akan mengerti apa yang terjadi. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Segalanya terjadi berdasarkan hukum Sebab – Akibat. Hukum ini menyatakan bahwa untuk suatu akibat yang spesifik maka pasti ada sebab yang spesifik pula.
Lalu, bagaimana caranya untuk bisa mengalami ”kebetulan” yang membawa keberuntungan? Caranya sebenarnya sederhana namun tidak mudah.
Langkah awalnya adalah kita perlu menyadari bahwa kita terhubung dengan alam semesta. Kita adalah mikro kosmos sedangkan alam adalah makro kosmos. Selanjutnya kita perlu melakukan penyelarasan dengan hukum-hukum alam. Penyelarasan ini hanya bisa dilakukan dengan mengotak-atik berbagai program yang ada di pikiran bawah sadar.
Mengapa harus di pikiran bawah sadar? Karena pikiran bawah sadar adalah media komunikasi untuk berhubungan dengan Pikiran Supra Sadar. Pertanyaan selanjutnya adalah, ”Mengapa hanya sedikit orang yang mampu menyelaraskan dirinya (mikro kosmos) dengan makro kosmos dan memetik manfaat maksimal? Bagaimana caranya?”
Akan sangat panjang bila saya uraikan semuanya di artikel ini. Intinya, langkah awalnya, adalah kita perlu menemukan dan menghacurkan mental block, di dalam pikiran kita, yang bersifat menghambat. Langkah selanjutnya adalah dengan memprogram ulang pikiran bawah sadar kita.
Mengapa ini adalah langkah awal? Karena dengan hancurnya mental block yang selama ini menghambat kita maka kepercayaan (belief) yang kondusif dan mendukung keberhasilan kita akan bertumbuh dan berkembang.
Apakah cukup hanya sampai di sini? Oh, tidak dong. Masih ada langkah selanjutnya.
Setelah kita mereprogram pikiran bawah sadar kita perlu menetapkan tujuan yang ingin kita capai. Tujuan ini berfungsi sebagai sasaran tembak. Cara menetapkan tujuan mengikuti suatu aturan ketat yaitu harus sejalan dengan nilai-nilai hidup kita. Tujuan yang tidak sejalan dengan nilai hidup justru akan menjadi suatu mental block baru.
Tujuan juga berfungsi menetapkan frekwensi gelombang yang kita pancarkan. Frekwensi ini selanjutnya akan menarik hal-hal, orang, kejadian, sumber daya, bantuan, atau apa saja, yang akan membantu kita mencapai tujuan. Salah satu alasan mengapa ada begitu banyak orang yang tidak sukses adalah karena mereka tidak menetapkan tujuan sukses, dengan demikian pikiran mereka tidak memancarkan frekwensi sukses.
Setelah itu kita perlu menaikkan daya pancar dan vibrasi pikiran kita. Di sini kita bicara belief system. Vibrasi akan semakin tinggi dengan memanfaatkan kekuatan emosi. Sudah tentu dalam hal ini adalah emosi positip.
Oh ya, emosi negatif harus sedapat mungkin dikurangi atau kalau bisa dihilangkan karena bersifat sebagai lintah energi yang akan menyedot dan menguras energi psikis kita. Emosi-emosi negatif yang saya maksudkan biasanya dalam bentuk trauma, phobia, ketakutan, rasa diri tidak berharga, khawatir, marah, dendam, cemas/gelisah, geram, stres,murka, gusar, terluka, galau, frustasi, jengkel, depresi, dan yang sejenisnya.
Vibrasi pikiran yang telah terpancar perlu kita jaga arahnya. Caranya? Kita harus fokus dalam mengerjakan sesuatu. Inilah yang banyak ditulis di buku-buku motivasi dan pengembangan diri. Kekuatan fokus hanya akan bermanfaat bila sinyal yang dikirim cukup kuat dengan tujuan yang pasti dan terarah.
Fokus dapat kita lakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan menggunakan Will Power atau kekuatan kehendak, yang dikendalikan oleh kesadaran. Penggunaan Will Power ini ada dalam ranah pikiran sadar. Cara kedua adalah dengan menggunakan pikiran bawah sadar. Fokus dengan pikiran bawah sadar jauh lebih dahsyat dan efektif.
Untuk membantu mempercepat pencapai tujuan kita dapat menggunakan visualisasi. Visualisasi sebenarnya bersifat memperkuat atau lebih tepatnya mempertegas jenis vibrasi yang kita pancarkan. Namun ada syarat yang mutlak harus dipenuhi agar visualisasi dapat bekerja dengan efektif. Syaratnya adalah visualiasi harus dilakukan dalam kondisi gelombang pikiran berada pada gelombang bawah sadar ( pada gelombang Alfa dan Theta).
Jika visualisasi dilakukan asal-asalan maka akan mendapat distorsi dari pikiran sadar dan justru akan kontraproduktif. Hal ini menjawab mengapa begitu banyak orang melakukan teknik visualisasi namun hanya sedikit yang benar-benar bisa berhasil. Mereka yang gagal umumnya melakukan visualisasi dalam kondisi gelombang pikiran sadar (Beta).
Bagaimana dengan afirmasi? Tujuan dan fungsinya sama dengan visualisasi. Kalau visualisasi mengutamakan penggunaan gambar mental maka afirmasi lebih menggunakan kata-kata. Kata-kata juga mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap pikiran. Why? Karena kata-kata, setelah diterima pikiran, langsung akan diubah menjadi gambar yang relevan, yang didasarkan pada pengalaman dan programming pikiran sebelumnya. Hal ini terjadi secara alamiah karena bahasa pikiran bawah sadar adalah bahasa citra atau gambar.
Setelah semua dilakukan masih ada langkah pamungkas yang jarang orang lakukan. Apa itu? Let go alias pasrah. Kebanyakan orang, setelah menetapkan suatu tujuan, akan mati-matian dan berusaha dengan segala daya upaya untuk mencapainya namun mereka tidak pasrah.
Pasrah yang saya maksudkan di sini bukan berarti kita tidak usah berupaya. Kita tetap berusaha, bekerja keras, dan cerdas namun kita tidak memaksa alam atau pikiran Supra Sadar untuk menuruti kemauan kita. Kalaupun, setelah berusaha keras, kita belum bisa mencapai hal yang kita inginkan maka kita harus pasrah dan yakin bahwa alam akan memberikan yang terbaik bagi diri kita.
Intinya, jangan melekat kepada suatu tujuan. Kemelekatan akan sangat menghambat kemajuan kita. Seorang master pernah berkata, ”Being, and not possessing, is the great joy of living.”
Kemampuan kita dalam menarik hal-hal yang kita inginkan dalam hidup, tidak hanya soal uang, menggunakan prinsip yang sama seperti yang saya uraikan di atas. Anda bisa menggunakan pikiran anda untuk menarik hal-hal positip maupun negatip. It’s up to you.
* Adi W. Gunawan
0 comments:
Post a Comment