Sunday, May 20, 2007

Dukun,Jimat dan NLP

Mbah Dukun biasanya memberikan semacam benda-benda jimat yang dianggap sakral. Benda itu bisa berupa keris, akik, rajah atau yang lain berikut ritual dan mantranya. Kemudian pasien dipersyaratkan untuk menjalankan ritual tertentu dengan sepenuh hati (yakin). Dengan kenyakinan yang total itu, ia (pencari dukun) akan mendapatkan apa yang diinginkannya.
¼br /> Lepas apakah cerita-cerita sinetron itu khayalan belaka atau cermin dari masyarakat tradisional yang masih mempercayai hal-hal yang klenik, tetapi dari sudut pandang NLP hal semacam itu bisa dijelaskan: mengapa mereka sukses (jadi kaya), lepas apakah itu halal atau tidak.

Ini bukan berarti NLP sama dengan ilmu klenik, tetapi NLP yang mempelajari bagaimana pikiran bekerja dan diprogram, bisa menjelaskan bagaimana seseorang bisa sukses melalui dukun. NLP merupakan sebuah teknologi rekayasa pikiran yang mampu mengantarkan seseorang menjadi sukses.

Ketika seseorang pergi ke dukun, sebenarnya ia telah menyerahkan dirinya secara mental, emosioanal dan bahkan spiritualnya (yang disebut keyakinan) kepada Mbah Dukun. Ia sangat yakin bahwa sang dukun dapat membantunya. Dalam kepasrahan total seperti itu apa pun yang diperintahkan oleh Mbah Dukun ia akan mematuhinya. Bahkan –seperti terlihat dalam sinetron—untuk membunuh anak atau orang lain sekali pun, ia lakukan.

Ketika Mbah Dukun memberikan sebuah jimat seseorang misalnya, maka ia akan memuja dan memeliharanya dengan baik. Apa sesungguhnya jimat? Jimat adalah simbol, sebuah keinginan (cita-cita) yang oleh Mbah Dukun divisualiasikan ke dalam bentuk benda. Dengan kata lain, jimat adalah simbol (benda) atau kata-kata (mantra) sebagai pemicu sukses.

Dengan jimat yang keramatkan, pikiran orang bisa teringat terus terhadap cita-citanya. Jimat tidak lain adalah titik picu (trigger) berkorbarnya semangat seseorang terhadap cita-citanya. Dalam dunia moderen, titik picu tidak harus berupa jimat dari Mbah Dukun, tetapi bisa berupa: gambar-gambar, tokoh-tokoh idola, visi hidup Anda ditulis tebal-tebal di kamar tidur, afirmasi dan simbol-simbol pemicu sukses lainnya seperti plat nomor mobil/hp hoki yang berangka 09.

Bukan jimat itu sendiri, tetapi makna atau kandungan cita-cita yang terdapat dalam jimat itu adalah yang terpenting. Patih Gadjah Mada mempunyai jimat “Sumpah Palapa”, seorang teman mempunyai jimat “dasi”, ia tidak akan melepas dasinya (ke mana pun) sebelum cita-citanya tercapai. Seorang teman lagi mempunyai jimat “berpuasa senin-kamis”. Dan saya pun mempunyai jimat “NLP for Better Life”. Anda punya jimat apa?

Bukan keris, rajah, buah palapa dan dasi itu sendiri melainkan ruh atau semangat dan keyakinan yang diberikan untuk jimat itulah yang terpenting. Anda adalah sang pemberi makna, pemberi ruh, atau pemberi jiwa terhadap benda-benda itu. Kekuatan benda-benda itu, tergantung seberapa besar semangat yang Anda berikan.

Selain jimat, permberian lainnya dari dukun adalah mantra. Banyak orang percaya bahwa dengan mantra menjadi lebih percaya diri. Lepas apakah yang bersangkutan mengerti isi mantranya atau tidak, berbahasa sendiri atau bahasa asing, yang jelas ia akan melakukanya secara periodik dengan motif sangat kuat: ingin sukses/kaya.

Siapa pun orangnya, bila melakukan suatu ritual pemantraaan serius, maka pikiran bawah sadarnya akan mencatat dan mengolahnya hingga mengkristal menjadi sistem keyakinan. Terlebih dengan sugesti dari dukun yang terkenal ampuh misalnya, sebuah keyakinan menjadi tumbuh lebih kuat. Sistem keyakinan itu tersimpan dalam pikiran bawah sadar (unconsious mind) yang setiap saat dapat diakses menjadi sebuah motif untuk bertindak.

Dalam dunia NLP, ada suatu aktifitas yang yaris sama dengan pemantraan, yakni afirmasi diri atau incantation sebagai cara membangun sebuah keyakinan. Contoh afirmasi diri: “Saya bisa!”, “Saya mampu!” atau “Apa pun yang terjadi, saya akan bertambah kuat dan kuat”. Bila kata-kata ini kita ucapkan terus menerus dengan sepenuh hati, maka akan mengkristal menjadi sistem keyakinan yang tersimpan di pikiran bawah sadar.

Petinju Muhammad Ali adalah contoh orang yang menerapkan afirmasi diri (mengucapkan mantra) dengan kata-kata “Saya KO dia pada ronde ke-3!” Ia mengucapkannya itu berkali-kali pada saat sebelum dan sedang bertanding! Bahkan setiap saat setiap, waktu dengan sepenuh hati (Tung Desem Waringin, 2005)

NLP tidak hanya mengajarkan afirmasi positif, NLP juga memberikan suatu alat agar seseorang yakin dengan potensi dirinya. Dari orang yang kurang optimis menjadi optimis, dari orang kurang percaya diri menjadi lebih percaya diri, dan dari orang yang berpersepsi negatif menjadi positif.

Namun sesungguhnya, tujuan akhir dari pelatihan NLP adalah membentuk keyakinan, kalau dukun dengan mantra-mantranya, NLP dengan cara lebih moderen. Diantaranya, ada hipnosis (membangun keyakinan diri dengan cara rileksasi), reframing (merubah sudut pandang negatif ke positif), swish pattern (menghapus masa kelam menuju masa depan yang cemerlang), time line (memandang secara rasional masa depan Anda) dan sejumlah cara lainnya seperti circle of excellent, yakni teknik mengumpulkan dan memvitalisasi potensi diri.

Untuk sukses memang banyak caranya, ada yang pergi ke dukun, ada yang dengan cara tekun dan kerja keras, ada yang dengan laku prihatin. Ada pula yang mengikuti pelatihan NLP karena lebih rasional dan menyenangkan. Anda mau ke mana? Pilihan Anda di tangan Anda, karena Andalah pemegang otoritas tertinggi terhadap diri Anda.
Sumber : Portal NLP Indonesia

0 comments: