Monday, February 11, 2008

Inspire the Human Spirit

Written by Bobby Meidrie Levianto
Friday, 04 January 2008

SEJARAH NLP
Sejarah NLP (Neuro Linguistic Programming) bermula di California pada awal 1972 ketika Richard Bandler, mahasiswa University of Santa Cruz bersepakat dengan John Grinder, profesor bahasa, untuk mempelajari kesempurnaan keterampilan berkomunikasi. Kesempurnaan ini ditampilkan oleh beberapa orang yang terbukti mampu menyembuhkan klien yang tergolong “orang sulit” (atau bagi kebanyakan orang sudah layak disebut sebagai “mustahil”). Orang-orang yang terbukti mampu dan emudian dijadikan model adalah:

• Virginia Satir, yang mengembangkan Conjoint Family Therapy.
• Fritz Perls, yang mendirikan aliran Gestalt Psychology.
• Milton H. Erickson, yang mengembangkan Clinical Hypnotherapy.

Bandler dan Grinder menemukan bahwa meskipun ketiga orang itu berbeda gaya dan kepribadian, ternyata ada pola yang sama dalam melakukan komunikasi. Pola itu memungkinkan ketiga orang tersebut encapai kesempurnaan teknik komunikasi di bidang masing-masing.

Jika benar demikian, pikir Bandler & Grinder, tentunya pola yang sama bisa dipakai untuk mencapai kesempurnaan di bidang lain. Hasil penelitian terhadap ketiga orang ini menjadi bahan baku bagi NLP.

Selanjutnya Bandler dan Grinder memperkaya NLP dengan menyerap masukan dari:
• Alfred Korzybski, ahli lingustic, tentang mental map.
• Noam Chomsky, ahli linguistic, tentang deep & surface structure .
• Gregory Bateson, ahli antropologi, tentang logical level.

Kini NLP tidak hanya dipakai untuk keperluan terapetis, melainkan meluas pada berbagai disiplin di berbagai negara di dunia, termasuk dalam perusahaan fortune 500. Aplikasinya beragam mulai dari menghentikan kebiasaan buruk hingga menguasai erakan senam, mulai dari rekrutmen pramugari sampai pelatihan sniper bagi Angkatan Bersenjata di Amerika.

APA ITU NLP
NLP dapat dirunut dari ketiga kata pembentuknya, neuro-linguisticprogramming. Dengan neuro, NLP mendasarkan teknik-tekniknya pada fakta bahwa syaraf memegang peran sentral bagi seseorang dalam menyerap pengalaman. Bagaimana syaraf (dan berikutnya otak) menafsirkan pengalaman tersebut dan menggerakkan tubuh sesuai tafsir atas pengalaman itu. Dengan kata lain, otak dan saraf lah yang sesungguhnya mengalami sesuatu.

Dengan linguistic, NLP menunjukkan bahwa neuro dapat dipengaruhi oleh bahasa dalam menafsirkan suatu pengalaman. Kata tertentu dapat mempengaruhi otak agar memberi tafsir tertentu terhadap suatu pengalaman. Pengalaman yang sama akan diberi tafsr berbeda oleh otak jika dirangsang dengan kata yang berbeda. Dengan programming, NLP memberi kesempatan kepada kita untuk mengambil prakarsa mengendalikan cara otak/neuro dalam menafsirkan pengalaman melalui pengaturan rangsang bahasa.

KONSEP NLP
NLP yang dikembangkan oleh 2 orang kini mencakup beberapa aliran, ratusan buku dan ribuan program pelatihan maupun seminar, saya akan mencoba mendefinsikan NLP untuk lebih mudah dipaham, yaitu: adalah seperangkat teknik mental yang mempelajari bagaimana melakukan perubahan (to change) atau memprogram ulang (reprogram) pikiran, perasaan maupun pola-pola mental seseorang yang sudah mengikat dan yang biasanya tidak efektif sehingga menimbulkan dampak perubahan positif bagi seseorang.

Dilakukan dengan cara memodel suatu keunggulan manusia agar bisa diduplikasi dengan lebih mudah, misal memodel keunggulan:
Seorang trainer
Seorang sales
Seorang orator
Seorang pengusaha
Seorang profesional perusahaan
Seorang negosiator, dll.

NLP Sering disebut sebagai: The psychology of excellence, User manual of the brain/Software Of The Mind, NLP is state-of-the-art change management thinking. Dimana sifat pendekatan NLP tidak teoritis namun bersifat aplikatif karene merupakan pemberdayaan diri bagi peserta (Self empowering). NLP merupakan gabungan dari berbagai ilmu antara lain: Hypnotherapy/Persuasive Communication, Psychology, Dll.



SEKILAS TENTANG HIPNOTERAPI

Masyarakat selama ini cenderung menganggap hipnosis sebagai hal yang irasional, bahkan sebagai sesuatu yang magis. Padahal, hipnosis sebenarnya merupakan fenomena rasional dan ilmiah, yang tidak perlu dianggap sebagai hal yang gaib, supranatural, atau bertentangan dengan akal sehat.

Hipnoterapi merupakan salah satu cabang hipnosis yang dimanfaatkan untuk kepentingan pengobatan dan pengembangan diri.

Hipnosis klinis telah mengalami banyak perkembangan sejak pertama kali diterapkan oleh Dr. Franz Anton Mesmer (1734-1815).

Dokter asal Austria itu yang memperkenalkan mesmerisme atau metode penggunaan energi elektromagnetik manusia yang bisa ditransfer kepada orang lain atau untuk diri sendiri. Dari nama dia, muncul istilah mesmeric sleep atau somnambulism, keadaan seseorang dibuat tertidur tetapi tetap bisa diajak bicara yang menjadi cikal bakal hipnosis.


Konsep dan langkah Mesmer disempurnakan oleh Dr. James Braid, ahli bedah asal Skotlandia, pada 1843. Dia juga yang memopulerkan istilah hipnosis. Dia mengembangkan temuan Mesmer dengan membaginya menjadi dua cabang: magnetisme dan hipnosis. Braid pun menggunakan sugesti verbal untuk terapi penyembuhan.

Pada 1955, The British Medical Association mengakui hipnosis sebagai salah satu terapi medis yang sah. Sementara The American Medical Association mengakuinya sejak 1958.

Karena itu hipnoterapi merupakan sebuah metode ilmiah. Tidak ada kaitan dengan unsur klenik apa pun. Hipnoterapi merupakan pengobatan tanpa penggunaan obat-obat kimia. Terapi ini menggunakan sugesti bawah sadar (subconcius mind / gelombang otak Alpha - Theta) sang klien. Subconcius adalah lawan dari concius (alam sadar / gelombang otak Beta). Kalau concius dipenuhi dengan penilaian, tidak demikian dengan subconcius. Di sini Anda bisa jujur terhadap diri sendiri. Namun, alam bawah sadar ini teramat luas. Ia ibarat lautan, semantara pulau kecil yang tampak itulah alam sadar. Karena itulah kehadiran seorang hipnoterapis penting, agar penyebab penyakit Anda di alam sadar bisa ditemukan di alam bawah sadar.

Hipnoterapi merupakan salah satu bentuk psikoterapi dalam dunia psikiatri. Namun demikian, hipnoterapi juga bisa digunakan pada pasien nonpsikiatrik. Pengobatan model ini bisa digabungkan dengan jenis pengobatan lainnya. Banyak dokter terutama ahli bedah dan anestesi yang terlatih dalam masalah hipnoterapi. Demikian pula dokter gigi serta para perawat. Sayangnya, hingga kini masih banyak orang yang enggan menjalani hipnoterapi. Hal ini dikarenakan pengertian yang salah mengenai hipnosis dan hipnoterapi.

Klien Sebagai Subjek:

Orang yang dihipnotis sebenarnya tidak dalam keadaan tidur sesungguhnya. Walaupun menggunakan perintah berupa kata 'tidur', kata itu tidak membuat pasien tidur sesungguhnya. Klien tetap dalam keadaan sadar, serta mampu mengobservasi perilakunya selama dalam keadaan hipnotis. Ia menyadari segala sesuatu yang diperintahkan serta dapat menolak sesuatu yang bertentangan dengan keinginan atau norma-norma umum. Selain itu, sebelum proses ini dilakukan, telah ada kesepakatan antara klien dan hipnoterapis untuk melakukan hipnoterapi.

Melakukan hipnoterapi terhadap klien sama halnya dengan melakukan terapi lainnya. Klien harus tahu persis mengapa diperlukan bantuan hipnosis dalam terapinya, serta keunggulan apa yang didapatkan dibandingkan model terapi lainnya. Proses hipnoterapi juga harus dilakukan dengan jelas, terbuka, dan tanpa paksaan.

Hipnoterapis sebagai fasilitator dan klien sebagai subjek perlu menjalani kerjasama yang baik sebelum proses hipnotis dimulai. Pemahaman klien akan masksud dan tujuan hipnoterapi merupakan kunci efektifitas terapi. Karena itu diperlukan informasi yang jelas dan pemahaman yang sama. Hal ini bertujuan agar persepsi yang terbentuk dalam tingkat sadar sejalan dengan persepsi bawah sadar.

Menurut Dr. Erwin Kusuma, Sp.KJ, klien hipnosis berperan sebagai subjek. Ini berarti pasienlah yang menentukan apa yang akan dilakukan. Sementara hipnoterapis hanya berperan sebagai fasilitator. Bila sudah terampil, lanjut dosen hipnotis kedokteran FKUI ini, pasien tidak perlu lagi peran fasilitator sehingga hipnotis bisa dilakukan sendiri (self hypnosis).

Pada tingkat bawah sadar, klien tetap sepenuhnya memiliki kendali terhadap kemauannya sendiri sehingga ia tidak mungkin dipengaruhi di luar kesadarannya. ''Ini yang sering disalah mengerti oleh orang awam,'' ungkap lulusan Psikiatri Anak dan Remaja FKUI tahun 1982 itu.

Relaksasi Mendalam / Progressive Relaxation:

Hipnosis di masa lalu indentik dengan kondisi tidur, terbaring, atau tidak bergerak. Pada masa kini, hipnosis lebih ditekankan pada kondisi relaksasi yang dalam, baik secara fisik maupun mental. Saat ini dikenal beberapa keadaan hipnotis seperti moving meditation, hypnoidal state, serta automatic writing, dimana klien melakukan aktivitas bawah sadar dalam bentuk gerakan atau tindakan yang dikendalikan oleh niat.

Psikolog pada Pusat Hipnotis Kedokteran RSPAD Gatot Subroto di Jakarta (pusat hipnosis kedokteran pertama di Indonesia) Dra. Psi. Adjeng Lasmini mengatakan, pada hipnotis, klien diajak untuk relaks secara fisik dan mental dengan memusatkan perhatian melalui sarana fiksasi berupa suara, tatapan, dan sentuhan secara berulang dan monoton. Ini membuat pasien merasa semakin santai.

Dalam kondisi hipnosis, lanjutnya, sugesti positif yang ditanamkan disusun dalam kalimat yang sederhana. Karena pada kondisi ini kemampuan seseorang untuk merangkum kalimat demi kalimat mengalami penurunan.

Seperti dikatakan Dr. Erwin Kusuma, Sp.KJ, program yang ditanamkan dalam hipnoterapi harus positif. Ini mengingat klien tidak memiliki kemampuan merangkum (sintesis) karena kecerdasan jasmaninya menurun. Bila hal ini tidak diperhatikan, bukan tidak mungkin akan muncul hasil yang tidak diinginkan, seperti timbul abreaksi (keluarnya rekaman bawah sadar secara serentak, seperti kekesalan dan kesedihan, sehingga ungkapan dan tindakan pasien tidak terkendali).

Kasus seperti apa saja yang bisa mendapatkan hipnoterapi? Erwin mengungkapkan, klien dengan kasus kecemasan, depresi dan fobia adalah yang paling sering mendapatkan hipnoterapi. Bagi klien yang mengalami gangguan kecemasan sehingga cemas pula untuk menelan obat, hipnoterapi adalah tindakan yang utama.

Hipnoterapi juga dilakukan untuk klien dengan gangguan psikosomatik. Sedangkan untuk gangguan fisik murni (somatik), hipnoterapi berperan sebagai penunjang.

Hipnoterapi dapat menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok, judi, insomnia, penyakit kulit, kleptomania, phobia, trauma pskologis (kekerasan, perkosaan), serta dapat mempercepat penyembuhan ketergantungan narkoba.

Di samping itu juga dapat membantu mengatasi luka bakar, melenyapkan timbulnya kutil, serta mampu menyembuhkan penyakit seperti asma, sinusitis, arthritis, mabuk laut, gangguan menstruasi, tekanan darah tinggi, stroke, impotensi, mengatasi rasa sakit (kasus kanker, persalinan, dan cabut gigi).

Hipnosis juga digunakan untuk mengatasi kecemasan bawah sadar sehingga pasien mampu untuk menghadapi realitas, seperti pada kasus phobia, cemas, gangguan psikomatik, ataupun kebiasaan buruk.

0 comments: