Tuesday, February 12, 2008

LOA DAN NLP (MODELLING)

Tue Aug 7, 2007 2:47 pm, “Teddi Prasetya Yuliawan”

Dear para LoA,

Ketika menerapkan LoA kan kita harus berada dalam state layaknya kita sudah menerima hal tersebut. Inilah sebabnya jika ingin hidup berkelimpahan, maka kita harus melatih diri untuk selalu berada dalam state yang bekelimpahan, misalnya dengan memperbanyak memberi.

Nah, kalau dalam NLP kan state itu bisa kita ‘ambil’ dengan beberapa cara: pengalaman serupa di masa lalu, kreasi kita sendiri (as if frame), atau memodel orang lain. Mengenai 2 cara terakhir, adakah yang pernah mencoba dan mengamati hasilnya? Bagaimanakah kualitasnya jika dibandingkan dengan cara yang pertama?


Salam

Teddi Prasetya Yuliawan



IKHWAN SOPA
Mas Teddi, kebetulan Power Workshop E.D.A.N. menerapkan yang kedua,
yaitu self-modelling (sorry ini bukan ngiklan tapi cerita aja). Dan
karena workshop ini adalah tentang PD, apa yang diperoleh peserta
malah bukan hanya state, tapi realitas obyektif baik secara RI dan RE.

Sampe ada peserta yang sudah masuk ke frame ini, bilang begini:

“Bapak dan Ibu sekalian… Saya nggak ngerti kenapa saya jadi
beginiiii…!!!”

Menurutku, modelling itu hanya tool alias bridging. Bagaimanapun, ia
harus berakhir pada sebuah state yang didasarkan pada self-modelling,
sehingga, state itu akan punya tombol yang bisa di-on-kan setiap saat.

Dimulai dengan memodel orang lain, kemudian memodel peak state dari
diri sendiri.

Kalo tentang masa lalu, setiap orang kan berbeda-beda. Ada yang malah
perlu melupakan masa lalu itu. Dan yang begini kan butuh skill
timeline. Dan untuk self-modelling menurutku lebih positif sifatnya,
because everybody already have all the resources within.

Gitu kalo menurutku.

(Lama-lama, ini jadi kayak sebuah aliran di NLP nih… he…he…)



EDY DJOTI
Seperti halnya diterangkan dalam NLP, bahwa setiap orang memiliki
preferensi tersendiri (audio, visual atau kinestethic), demikian juga
modelling:

1. Self-Model (dari sukses kecil ke sukses besar)
Pernah juara kelas waktu SD, jadi juara kelas SMP, SMA, dan pada saat
kuliah. Di tempat kerja juga tetap berprestasi.
Apakah pernah menemukan orang seperti itu? Kalo ya, berarti terbukti bahwa
self-model bisa dilaksanakan.
Di NLP ini disebut Visual Remembered Images.

2. Self-Create (membayangkan sukses besar yang belum pernah terjadi)
Bagaimana Edison bisa menemukan lampu walaupun hal tersebut belum pernah
ada, bagaimana manusia bisa terbang kalau tidak pernah ada manusia yang
bisa membayangkan? Bagaimana bisa tercipta telpon bahkan handphone
bilamana kita hanya membayangkan hal-hal yang sudah ada.
Jelas ini juga terbukti bahwa Self-Create Image juga bisa diwujudkan.
Di NLP ini disebut Visual Constructed Images.

3. Modelling Other People
Ini justru jurus utama NLP, modelling people excellent. Bagaimana memodel
Virginia Satir, Milton Erickson dan Fritz Pels hingga berkembang menjadi
NLP sebagaimana hari ini. Hasilnya ternyata luar biasa juga.
Demikian juga bila kita memodel orang-orang sukses, kita bisa menjadi
sukses. Bila kita memodel orang kaya, kita juga akan menjadi kaya.

Saya percaya bahwa dari 3 cara tersebut, masing-masing pasti punya pilihan
yang lebih cocok untuk diri sendiri.

Yang lebih penting dalam LoA, kita tidak berhenti hingga di Visualisasi,
tanpa pernah melakukan action apapun. Analoginya adalah: biji kecambah
akan tetap jadi biji kecambah, tapi sekali diberi air sedikit saja, maka
biji kecambah akan tumbuh menjadi taoge! Action sekecil apapun akan
men-spiralisasi kita mencapai tujuan visualisasi kita. Atau mungkin
pepatah lebih tepat menggambarkannya: ‘Perjalanan ribuan mil dimulai dari
satu langkah kecil!’

Jadi hubungan antara NLP dan LoA jelas-jelas ada!

Contohnya:

1. Kita meminta kepada Tuhan, kepada Alam Semesta, akan lebih berhasil
bilamana kita Pacing dulu … (NLP banget!)
2. Visualisasi akan lebih mudah terwujud kalo kita bisa Access, Amplify,
Anchor, Apply setiap saat … (NLP banget!)

Saya sangat yakin bahwa untuk mewujudkan LoA ke dalam diri kita, NLP
merupakan kunci utama untuk mempercepat segala sesuatu terwujud.

Dan LoA juga akan lebih mudah dimengerti dan dipahami apabila disampaikan
dengan teknik training ala NLP.

Makanya lahirlah sebuah training/workshop bernama ‘Cracking Law of
Attraction with NLP)’ yang akan diadakan pada hari Sabtu, 3 November 2007
(setelah Lebaran) yang akan dibawakan oleh Pak Ronny F. Ronodirdjo.



FAIF YUSUF
Pak Roni,

Saya akan coba menceritakan sedikit pengalaman saya saat mengikuti workshop E.D.A.N beberapa bulan yang lalu.

Hal ini semoga bisa sedikit menggambarkan proses self modeling yang sedang kita diskusikan

Seperti kita tahu, workshop E.D.A.N adalah workshop yang bereskalasi.

Peserta dituntut pastisipasi 100% dari awal hingga akhir untuk bisa mencapai peak performance dari dalam dirinya.

Selama workshop, peserta akan di tuntun untuk menemukan potensi terbaik dalam dirinya,

Berbagai hambatan / mental block yang ada di “runtuhkan” dengan pendekatan motivasional yang amat menarik.

Dengan pemahaman baru yang berhasil ditanamkan, kepercayaan diri peserta akan meningkat drastis.

Walaupun workshop ini memakai public speaking sebagai modeling templatenya, tetapi sesungguhnya worskop ini merupakan workshop pengembangan diri yang action oriented.

Apa yang terjadi saat peserta berbicara di depan umum, merupakan cerminan dari kondisi dia saat berkomunikasi di mana saja.

Setelah selama sehari di “godok” Pak Sopa, seratus persen peserta merasa jauh percaya diri dan saat itulah dia mencapai peak performance.

Untuk menyalurkan hal tersebut, Pak Sopa membuat semacam tempat khusus berbentuk sebuah kotak persegi empat (yang dibatasi dengan selotip).

Tempat itu disebutnya sebagai kotak “keramat”, dan hanya bisa dimasuki peserta di akhir acara, manakala sudah yakin bahwa dia “layak” memasukinya karena merasa telah mencapai self modelling terbaik pada diri mereka.

Didalam kotak persegi empat itulah, peserta bebas mengekspresikan dirinya. Disanalah mereka melakukan self modelling, yang diharapkan akan selalu diingat dan di praktekkan ketika sudah berada di luar workshop.

Dan faktanya, saat itu 100% peserta berani memasuki kotak segi empat “keramat” tersebut, dan berbicara dengan sangat meyakinkan di depan peserta lainnya.

Artinya mereka telah menemukan “self modelling” yang terbaik pada diri mereka saat itu.

Mohon maaf Pak Sopa, seandainya saya kurang pas dalam menuturkannya.

Karena faktanya, manfaat workshop ini memang sangat terasa, namun kadang kita susah untuk menggambarkannya ( ini bukan iklan lho, cuma testimoni he..he..)

Salam



SOPA
He…he…he… kurang lebih bagitu dah.
Aku kan jadi hemat ngomong nih…
Apa yang disampaikan oleh Mas Faif emang udah cukup precise.

Kotak yang terakhir itu sebenarnya, cuman salah satu anchor aja.
Hanya, dalam faktanya ternyata bisa menjadi sangat efektif sebagai sebuah tombol.
Saat dipencet, maka ybs akan bisa “berubah…!”

Ada yang sudah enam bulan dan sembilan bulan berlalu, mereka hanya perlu pencet tombol itu,
dan ternyata it’s work perfectly. Padahal, udah gonta-ganti psikolog. Aku cuma tahu apa yang dialami
sebenarnya bukan klinis, tapi hanya mental block. Kalo klinis, gua nyerah deh.

Satu lagi, yang mungkin dilupain oleh Mas Faif, adalah pentingnya pacing dan leading dalam sebuah
“mass waking hypnosis” seperti itu (ini yang aku bilang aku mo belajar sama Mas Ronny), sehingga aktivasi
“mini LOA universe” (alias LOA di dalam kelas) bisa bekerja. Kalo sudah bisa “on”, kita berikan penekanan bahwa “mini LOA” itu adalah cerminan presisi dari LOA di alam semesta.

Wah… jadi bocor-bocoran nih.
He…he…he… nggak apa-apa. Demi sukses Anda.

0 comments: