Sunday, February 17, 2008

Penjelasan (Tak Terlalu) Ilmiah tentang Law of Attraction

Apakah ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari kontroversi ilmiah (atau tak imiah) tentang Law of Attraction? LoA menjadi topik yang hangat sejak video The Secret populer, salah satunya karena ditayangkan dalam Oprah Winfrey Show.

Apakah LoA? Bagi yang belum tahu, LoA sederhananya adalah hukum yang menyatakan bahwa “Apa pun yang kita pikirkan dan percayai secara konsisten, pada akhirnya akan menjadi kenyataan.”

Sederhana bukan? Bagi sementara orang, pernyataan ini secara intuitif sudah terasa benar. Bagi sebagian orang lain, pernyataan ini ditatap dengan pandangan penuh kesangsian.

Sementara, Metoda ilmiah adalah suatu metoda penjelasan yang secara sederhana mencakup langkah-langkah berikut: pengamatan, pembuatan hipotesis, pengujian hiptesis, pembuatan kesimpulan, pembuatan prediksi, dan kembali ke langkah pengamatan untuk menguji prediksi tersebut.

Ada harapan, bahwa dengan Metoda Ilmiah, maka kita bisa mencapai kesimpulan tunggal tentang benar atau tidaknya LoA.

Tetapi, Apakah Metoda Ilmiah itu Akurat?

Jika ilmu memiliki tujuan mempelajari kenyataan, apakah Metoda Ilmiah dengan langkah-langkah di atas memungkinkan kita untuk mempelajari kenyataan secara akurat?

Sayangnya: tidak. Metoda Ilmiah memiliki asumsi dan batasan bahwa yang ia pelajari adalah kenyataan objektif. Kenyataan objektif adalah sejenis kenyataan yang keberadaan dan kelangsungannya tidak tergantung kepada pengamat. Pengamat dan objek pengamatan harus selalu terpisah, karena jika tidak, maka hasil pengamatannya menjadi tidak sahih lagi. Itulah sebabnya salah satu tolok ukur dalam Metoda Ilmiah adalah hasil pengamatan dan pengujian harus selalu bisa diulang, selalu bisa diperlihatkan kembali, oleh siapa pun yang melakukan pengkajian ilmiah tersebut.

Kembali lagi: apakah Metoda Ilmiah memungkinkan kita untuk mempelajari kenyataan secara akurat? Saya tegaskan lagi, tidak: Metoda Ilmiah hanya akurat apabila yang kita pelajari adalah Kenyataan Objektif.

Sementara, ada yang lain di luar wilayah Kenyataan Objektif.

Kenyataan Subjektif

Apabila ada Kenyataan Objektif, maka tentunya harus ada Kenyataan Subjektif, bukan? Kedengarannya kontradiktif, tapi apabila seseorang hanya percaya pada Kenyataan Objektif, maka artinya ia harus memutuskan bahwa pikiran-pikirannya “tidak ada”, karena pikiran pada dasarnya adalah Kenyataan Subjektif, yakni kenyataan yang tidak bisa dilepaskan dari si pengamat.

Pikiran, pada dasarnya adalah salah satu alat bantu pengamatan, persis seperti halnya mikroskop atau kacamata, hanya saja ia “tertanam lebih dalam” di kepala kita. Cara berpikir saya berbeda dengan cara berpikir Anda, bukan? Dengan demikian, kita memiliki alat bantu pengamatan yang berbeda juga.

Seperti halnya apabila saya memakai kacamata biru, dan Anda memakai kacamata merah. Apabila saya setiap saat selalu mengenakan kacamata biru, maka kesimpulan pengamatan saya adalah: “Semua di dunia ini berwarna biru.” Tetapi tentu saja ini akan bertentangan dengan hasil pengamatan Anda yang menyatakan bahwa: “Semua di dunia ini berwarna merah.”.

Cara berpikir kita, pada dasarnya sama dengan “kacamata berwarna” yang tertanam dalam kepala kita. Dua orang yang tidak menyadari bahwa masing-masing memakai alatbantu yang mempengaruhi hasil pengamatan mereka, memiliki potensi untuk bertengkar tidak berkesudahan tanpa ada kesepakatan apa pun.

Sama, seperti halnya mereka yang tidak percaya pada LoA dan menyatakan bahwa LoA tidak efektif, tidak berhasil. Hal itu benar.

Tetapi bila ada yang sepenuh hati percaya pada LoA dan menyatakan bahwa LoA efektif dan berhasil, maka hal itu juga benar.

Atau mereka yang baru pada tahap “ingin percaya” tapi sesungguhnya “belum percaya” pada LoA, masih ada pertentangan kepercayaan dalam diri, masih ada proses sabotasi-diri, sehingga mereka bisa sampai pada kesimpulan bahwa LoA tidak efektif. Mereka juga benar.

Tetapi satu hal: dalam berbagai kasus di atas, ada hal yang konsisten, yakni bahwa LoA tidak melanggar hukumnya sendiri. Tidak ada kontradiksi-diri dalam pernyataan hukum di atas.

Jadi, Bagaimanakah Cara Menguji Kebenaran Law of Attraction?

Meski LoA berada di luar wilayah Kenyataan Objektif sehingga tidak bisa kita terapkan Metoda Ilmiah untuknya, masih ada metoda lain yang bisa kita gunakan.

Yaitu metoda eksperensial, atau metoda pengalaman dan penghayatan.

Lepaskanlah “kacamatan merah” Anda (ketakpercayaan pada LoA), dan cobalah kenakan “kacamata biru” (kepercayaan pada LoA). Kenakanlah dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati.

Amatilah dengan seksama apa yang menjadi berbeda setelah “kacamata biru” Anda kenakan. Apakah hidup kita terasa lebih bisa dinikmati? Apakah kita lebih bisa mengendalikan pikiran dan emosi kita ke arah yang kita inginkan? Apakah kita mulai bisa melihat bahwa sebagian besar kendali hidup kita ada di tangan kita?

Apabila jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah “Ya”, maka selamat. Silakan Anda pilih, apakah akan kembali mengenakan “kacamata merah” atau tetap mengenakan “kacamata biru”.

Apabila jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah “Tidak”, maka selamat juga: Silakan Anda pilih, apakah akan kembali mengenakan “kacamata merah” atau tetap mengenakan “kacamata biru”.

Karena pada akhirnya, semua adalah masalah pilihan.

Kalau saya, saya akan memilih kepercayaan yang memberdayakan, bukan yang membatasi.
Ferli Deni Iskandar
http://ferli.net/

0 comments: